Wednesday, 15 October 2014

1.1Latar Belakang
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan masyarakat yang berupa bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi keberadaannya sangat penting di masyarakat. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya serta untuk mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat serta latar belakang masing – masing.
Dalam berkomunikasi penggunaan bahasa diperlukan penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam bahasa dengan faktor–faktor penentu tindak komunikatif yaitu (1) siapa yang berbahasa dengan siapa, (2) untuk tujuan apa, (3) dalam situasi apa, (4) dalam konteks apa, (5) jalur mana, (6) media apa, (7) dan peristiwa apa. Dan dalam kajian ini dilakukan dengan pendekatan pragmatik, yang menurut Levinson (1983) Pragmatik adalah hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari pengertian bahasa.
Karena dalam kehidupan sehari – hari penggunaan bahasa untuk bersosialisasi tidak lepas dari faktor–faktor penentu tindak komunikasi dan prinsip–prinsip sopan santun (politeness principle), dan direalisasikan dalam tindak komunikasi. Dalam penilaian kesantunan berbahasa adalah bagaimana kita bertutur dan dengan siapa kita bertutur. Hakikatnya kesantunan berbahasa adalah etika kita dalam bersosioalisasi di masyarakat dengan penggunaan, pemilihan kata yang baik dengan memeperhatikan dimana,kapan,kepada siapa, dengan tujuan apa kita berbicara secara santun. Budaya kita menilai berbicara dengan menggunakan bahasa yang santun akan memperlihatkan sejatinya kita sebagai manusia yang beretika, berpendidikan dan berbudaya yang mendapat penghargaan sebagai manusia yang baik. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik dengan tindak komunikasi dalam kesantunan berbahasa di lingkungan SLB Eka Mandiri Kota Batu. Dimana faktor–faktor penentu tindak komunikasi serta prinsip–prinsip sopan santun sangat berperan penting dalam realisasi komunikasi dengan santun. Dalam kaitannya bagaimana bentuk kesantunan bahasa dalam komunikasi, berfungsi apa kesantunan bahasa serta bermakna apa kesantunan bahasa tersebut. Berangkat dari hal tersebut penulis berencana melaksanakan penelitian dengan judul Kesantunan Bahasa pada Guru SLB EKA Mandiri Kota Batu.
1.2Masalah Pokok
1.2.1 Masalah Umum
1.Bagaimana kesantunan bahasa pada guru SLB Eka Mandiri Kota Batu ?
1.2.2Masalah khusus
1.Bagaimana kesantunan bahasa pada guru SLB Eka Mandiri Kota Batu dilihat dari bentuk kesantunan ?
2.Bagaimana kesantunan bahasa pada guru SLB Eka Mandiri Kota Batu dilihat dari fungsi kesantunan ?
3.Bagaimana kesantunan bahasa pada guru SLB Eka Mandiri Kota Batu dilihat dari makna kesantunan ?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan umum penelitian
Tujuan umum penelitian ini yaitu memperoleh deskripsi objektif tentang realisasi kesantunan berbahasa di SLB Eka Mandiri Kota Batu.
1.3.2Tujuan khusus penelitian
1.Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kesantunan bahasa pada guru dilihat dari bentuk kesantunan.
2.Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kesantunan berbahasa pada gurudilihat dari fungsi kesantunan.
3.Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kesantunan bahasa pada guru dilihat dari makna kesantunan.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat Teoritis
Kegiatan berbahasa secara aktual adanya sangat kompleks, artinya pada saat kita menggunakan bahasa itu banyak faktor yang harus diperhatikan agar wujud bahasa yang dihasilkan bisa diterima oleh orang lain dan dapat menyampaikan pesan secara efisien dan efektif.
Kegiatan berbahasa dalam peristiwa komunikasi, menurut pandangan pragmatik wajib menerapkan secara komprehensif prinsip pemakaian bahasa.Karena itu, partisipan yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dituntut memahami dan dapat menerapkan prinsip – prinsip penggunaan bahasa, yaitu :
(i)Penggunaan bahasa memperhatikan aneka aspek situasi ujaran.
(ii)Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip – prinsip sopan santun.
(iii)Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip – prinsip kerja sama
(iv)Penggunaan bahasa memperhatikan faktor – faktor penenti tindak komunikasi.
Dalam hal ini, kajian peneliti terfokus pada penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip- prinsip sopan santun ( politeness principle ), yaitu meliputi enam kategori dalam prinsip sopan santun dengan memperhatikan aturan sebai berikut :
(i)Aturan kebijaksanaan
(ii)Aturan kedermawanan
(iii)Aturan penghargaan
(iv)Aturan kesederhanaan
(v)Aturan permufakatan
(vi)Aturan kesimpatisan
1.4.2Manfaat Praktis
(1)Penelitian ini bermanfaat agar dijadikan referensi dalam kaitan kesantunan berbahasa di lingkungan kerja.
(2)Penelitian kesantunan bahasa pada guru dilakukan karena akan menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya kesantunan berbahasa dalam kehidupan sehari – hari (tindak komunikasi).
1.5Definisi Operasional
Penegasan istilah digunakan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan arti pada penelitian ini. Oleh karena itu peneliti memberikan definisi tentang kata sehubungan dengan judul pada rumusan masalah. Adapun penegaan istilah yang dimaksud adalah :
1.Kesantunan berbahasa: cara menyampaikan ungkapan/berbicara dalam bertutur kata dengan halus,baik dan sopan dalam interaksi komunikasi verbal.
2. Pada Guru : seseorang/sekumpulan dengan profesi sebagai tenaga pendidik di sebuah instansi/sekolah.
3.SLB Eka Mandiri : tempat belajar siswa khusus yang mempunyai ketunaan.

Pengertian Kesantunan

Pengertian Kesantunan
Kesantunan (politiness), kesopansantunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut “tatakrama”.
Berdasarkan pengertian tersebut, kesantunan dapat dilihat dari dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-hari. Pertama, kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun atau etiket dalam pergaulan sehari-hari. Ketika orang dikatakan santun, maka dalam diri seseorang itu tergambar nilai sopan santun atau nilai etiket yang berlaku secara baik di masyarakat tempat seseorang itu megambil bagian sebagai anggotanya. Ketika dia dikatakan santun, masyarakat memberikan nilai kepadanya, baik penilaian itu dilakukan secara seketika (mendadak) maupun secara konvensional (panjang, memakan waktu lama

Kesantunan perbuatan adalah tatacara bertindak atau gerak-gerik ketika menghadapi sesuatu atau dalam situasi tertentu.misalnya ketika menerima tamu, bertamu ke rumah orang, duduk di ruang kelas, menghadapi orang yang kita hormati, berjalan di tempat umum, menunggu giliran (antre), makan bersama di tempat umum, dan sebagainya. Mmasing-masing situasi dan keadaan tersebut memerlukan tatacara yang berbeda. Pada waktu makan bersama, misalnya, memerlukan kesantuan dalam cara

Kesantunan Berbahasa


Kesantunan berbahasa dapat didefinisikan sebagai sifat lemah-lembut , bersopan santun dan mempunyai kehalusan budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang penutur apabila berbahasa atau berkomunikasi dengan sesiapa sahaja menggunakan bahasa yang sopan dan beradab.

   Lima kepentingan aspek kesantunan berbahasa ialah mengandungi nilai hormat yang tinggi , kosa kata halus dan bertatasusila, tidak menyinggung perasaan orang lain apabila bertutur, melambangkan kesantunan budi, kehalusan dan kesopanan tingkah laku penutur, mencerminkan akal budi seseorang atau anggota masyarakat serta kesantunan berbahasa melambangkan warisan bangsa melalui penghasilan karya sajak serta pantun.

   Kesantunan berbahasa yang mengandungi nilai hormat yang tinggi menunjukkan komunikasi antara penutur memerlukan kesopanan yang tinggi. Hal ini kerana apabila seseorang individu bertutur dengan individu lain, akan menimbulkan perasaan hormat kepada rakan. Bagi kelompok masyarakat pula, kesantunan berbahasa amat penting bagi mewujudkan sebuah masyarakat yang harmoni, saling bertolak-ansur serta dapat mewujudkan kerjasama. Tambahan pula, negara akan disanjung oleh negara-negara luar kerana rakyat yang mendiami negara tersebut mempunyai kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi. Secara tidak langsung, bilangan pelancong juga akan berminat untuk mempelajari bahasa yang dituturkan.

    Selain itu, kepentingan kesantunan berbahasa ialah mempunyai kosa kata yang halus dan bertatasusila. Hal ini menunjukkan pengunaan kosa kata amat penting dalam berkomunikasi. Ia juga akan dapat mengeratkan lagi hubungan sesama insan. Sebagai contoh, pengerusi yang mengendalikan sesebuah majlis mengucapkan “selamat pagi dan salam sejahtera kepada def-def kehormat, tuan puan serta hadirin hadirat yang dihormati sekalian.” Suasana majlis juga akan menjadi tenang dan berjalan lancar.

   Tambahan pula, melalui kesantunan berbahasa juga, kita tidak akan menyinggung perasaan orang lain. Hali ini menggambarkan nilai hormat dan memahami perasaan seseorang individu. Sebagai contoh, apabila kita menegur seseorang, tegurlah dengan kata yang sopan agar dia tidak tersinggung dengan teguran kita.

   Aspek kesantunan berbahasa juga melambangkan warisan bangsa. Melalui penghasilan karya-karya sajak, pantun, syair, gurindam dan lain-lain lagi. Maksud tersirat melalui penghasilan karya dapat difahami dengan jelas dan membolehkan seseorang individu mengambil iktibar dan menjadikan sebagai kata-kata ransangan diri.

   Melalui pertuturan bahasa melayu juga, seseorang akan tidak dianggap sebagai seorang yang biadab atau tidak beradab sekiranya menggunakan bahasa yang sopan dan menekankan aspek kesantunan berbahasa dalam pertuturan seharian.

   Tambahan pula, kesantunan bahasa menggambarkan orang melayu mementingkan serta mengutamakan adab dan nilai-nilai murni di dalam pertuturan. Sebagai contoh, dengan menggunakan gelaran untuk menghormati orang yang lebih tua daripada kita. Selain itu, seseorang perlulah berjabat tangan untuk mengeratkan hubungan silaturrahim yang terjalin.

   Selain itu, melalui kesantunan berbahasa juga melambangkan sebagai satu bahasa yang indah dan mempunyai peradaban. Kesantunan berbahasa juga dapat diterapkan melalui slogan-slogan. Sebagai contoh “budi bahasa budaya kita”. Hal ini menggambarkan bahasa yang indah dan mempunyai nilai-nilai murni.

   Melalui aspek kesantunan berbahasa juga melambangkan kehalusan budi, kesopanan dan menggambarkan tingkah laku penutur. Tingkah laku penutur dapat dicerminkan dari sikap serta cara percakapan. Sekiranya seseorang penutur bercakap dalam keadaan megah, masyarakat sekeliling akan menggambarkan penutur tersebut sebagai seorang yang bongkak dan sombong.

   Sehubungan dengan itu, kesantunan berbahasa juga dapat memupuk kesedaran warganegara yang mengambil emeh dalam aspek pertuturan. Sebagai contoh, golongan remaja bertutur tanpa adab dan sopan santun. Secara tidak langsung, ia menjejaskan imej sesebuah negara.

   Sistem panggilan yang melibatkan kerabat diraja terbahagi kepada dua iaitu sistem kekeluargaan dan sistem kata ganti nama diri. Sistem kekeluargaan merujuk kepada penggunaan kata ganti nama diri seharian. Hal ini berbeza dengan penggunaan kata ganti nama diri. Sistem ini di bahagikan pula kepada tiga bahagian iaitu kata ganti nama diri pertama, kata ganti nama diri kedua serta kata ganti nama diri ketiga.

   Melalui sistem kekeluargaan , penggunaan kata ganti nama diri digunakan mengikut gelaran. Sebagai contoh, anakanda, ayahanda, bonda, kakanda serta adinda. Sistem ini berbeza dengan panggilan seharian golongan rakyat biasa. Contohnya panggilan ayah, emak, kakak serta adik.

   Sistem kata ganti nama diri yang pertama ialah penggunaan “beta” dan “patik”. Kata ganti nama pertama berbeza cara pemakaiannya walaupun melibatkan orang yang pertama. Beta digunakan oleh Yang di-Pertuan Agong, Raja Permaisuri Agong, Sultan, Sultanah serta Tengku Ampuan apabila bertutur dengan golongan rakyat biasa. Istilah “patik” pula merujuk kepada rakyat jelata apabila hendak bertutur dengan golongan diraja.

   Sistem kata ganti nama diri yang kedua ialah “Tuanku”. Kata ganti nama diri “Tuanku” digunakan oleh rakyat biasa apabila bertutur dengan raja dan merujuk kepada raja yang berkenaan.

    Selain itu, kata ganti nama diri ketiga pula ialah , “Tuanku, Duli Tuanku, Duli Yang Maha Mulia serta Baginda”.  Kata ganti nama diri ini merujuk kepada Raja atau Permaisuri apabila bercakap dengan orang lain. Manakala, “Tuan Hamba” digunakan oleh Raja atau Permaisuri kepada orang bawahan yang dilawan bercakap.


  • Menurut Asmah Hj. Omar ( 1983:376) bahasa hanyalah bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ujaran yang terdapat dalam rongga mulut  dan rongga tekak manusia. Di sebalik ciri fizikal ini terdapat makna. Suatu urutan bunyi atau kata itu mempunyai makna. Tegasnya, ikatan antara bunyi dan makna yang diisyaratkan oleh pelbagai satuan itulah yang memungkinkan orang bukan sahaja berkomunikasi, tetapi juga mencipta.
  • Profesor Dr. Asmah Haji Omar




    • Fungsi bahasa:

    1. Penghubung: interaksi jelas, luas, tanpa sempadan
    2. Pernyataan perasaaan: ekspresi dan luahan
    3. Pernyataan fikiran: neurologi




     

    No comments:

    Post a Comment